Kuala Lumpur, February 28, 2003
Minggu-minggu terakhir ini, dengan musim hujan dan udara yang 'tidak begitu
sehat', di sini, KL, banyak aktivis vihara di Brickfields yang sakit, ada juga
yang kena stroke-sampai mesti dihospitalized selama beberapa hari. Karena
hal-hal seperti ini kebanyakan emergency dan umat biasanya hanya ngumpul di
vihara pada hari-hari tertentu, maka bhikkhu sangha-lah yang kerepotan mesti
kesana kemari melakukan aksi sosial.
Bermulai dari itulah, dalam acara "Fellowship Night-February 22, 2002" untuk guru sekolah minggu di BISDS Kuala Lumpur; Bhante Dhammaratana (salah satu resident monk di Mahavihara Brickfields yang juga Kepala Sekolah Sekolah Minggu-BISDS), mengungkapkan pentingnya "Telephone Directory" di vihara, agar pada saat umat yang lain membutuhkan bantuan, ada aktivis yang bisa dihubungi.
Telephone Directory ini berisi nomor-nomor telepon sukarelawan yang bersedia membantu. Bhante Dhammaratana juga mengungkapkan masalah dimana antar umat vihara, tidak saling mengenal, dan sikap guru sekolah minggu yang cuma datang ke vihara untuk kebaktian, mengajar, terus pulang, sehingga keakraban tidak terjalin dengan baik ........, yang selanjutnya mengingatkan saya pada keakraban antar pemuda di PVVD.
Saya jadi teringat masa waktu masih aktif di PVVD (Pemuda Vihara Vimala Dharma) di Bandung. Waktu itu, awal 1990-an, hampir setiap hari ada pemuda yang berkumpul di vihara, terutama sore hari, pas sudah selesai kuliah, di depan perpustakaan, dekat majalah dinding, selalu banyak anak muda yang nongkrong, diskusi tentang ajaran Buddha sampai ulasan buku dan ada juga yang ke ruang kebaktian untuk bermeditasi. Buku yang waktu itu lagi hangat dibahas adalah "Megatrend 2000", maklumlah waktu itu baru tahun 1990......., semua pada ingin tahu apa yang akan terjadi di tahun 2000.
Vihara bagi kami adalah rumah kedua selain kamar kos yang sempit. Dan kalau ada yang sakit, melahirkan, kematian, etc, (karena waktu itu belum ada handphone, pager-pun masih satu-dua doang, email pun belum popular, apalagi chatting!), penyebaran informasi biasanya lewat group yang suka ngumpul tersebut. Dan kalau lagi masa-masa stress, apalagi kalau dekat dengan ujian, berkunjung ke vihara adalah saat-saat untuk relaks. Bernamaskara di Vihara Vimala Dharma, membawa kesejukan tersendiri. Waktu itu masih bangunan vihara lama, yang sangat 'cooling' dan menyenangkan. Saya sendiri suka duduk-duduk saja di dalam vihara, terkadang tanpa melakukan apa-apa, hanya menikmati suasana.......
Dan juga ada acara tetap PVVD pas liburan semester Juni-Juli; Cross Country dan kalau akhir tahun adalah Bina Widya (Pekan Penghayatan Dharma versi Buddhayana).
FYI, Bina Widya pertama kalinya bermula dari PVVD, beberapa tahun kemudian dijadikan event nasional. Salah satu Cross country yang pernah saya ikuti waktu itu; Jalan kaki ke beberapa daerah wisata di Jawa Barat, lebih dari seminggu, jalan kaki melulu, capek juga :-) Keakraban yang terjalin secara tidak sengaja antara kami waktu itu-lah yang secara tidak langsung menjadikan support bagi kelangsungan study di Bandung. Beberapa dari kami berasal dari keluarga yang tidak harmonis, ada yang orang tuanya bercerai dan dukungan dari teman-teman memberikan arti yang sangat dalam. Kebanyakan dari kami berasal dari keluarga menengah, banyak juga yang mesti memberikan les ke anak SMA untuk menambah uang saku. Dukungan dari teman-teman menjadikan semua untuk tetap tabah dan berjuang sampai selesai kuliah.
Sayangnya persahabatan yang indah tersebut, akhirnya tidak kedengaran beritanya karena begitu semua selesai kuliah, banyak yang meninggalkan Bandung. Ada juga yang ke luar negeri. Dan karena waktu itu tekhnology belum secanggih sekarang, keeping in touch adalah sesuatu yang 'challenging'. Kepada alumni mahasiswa buddhis bandung, kita punya ambb@yahoogroups.com tapi sekarang sudah hampir
'inactive' karena banyak email address yang sudah tidak up-to-date lagi dan banyak spam.
Sempat ketemu delegasi dari Jakarta waktu Global Conference di Shah Alam dan katanya mereka punya group juga sendiri. Menurut saya, ini salah satu wadah kalyana mitta untuk saling membantu satu sama lain, dalam dhamma maupun dalam hidup sehari-hari. Milis Buddha sendiripun, membuat kita lebih mengenal, walaupun tidak kenal wajah, tapi kenal nama dan terkadang bisa mengetahui kepribadian seseorang lewat apa yang mereka tulis....... Juga ada kerja sosial dari Ibu Siang Riany yang menangani anak asuh, etc. Juga cerita dari Brother Lim, salah seorang trainer di BISDS yang berkunjung ke Ekayana Graha 2 minggu yang lalu, beliau sangat terkesan dengan keakraban muda-mudi di Ekayana yang begitu friendly dan selalu siap membantu.
Siapa bilang umat buddha di Indonesia suka menonjolkan sekte masing-masing? Janganlah terlalu mudah mengambil kesimpulan, itu mungkin cuma 'setitik noda' dari mereka yang ingin mencari popularitas, tidak mewakili keseluruhan umat Buddha Indonesia. Dan hal yang pernah terjadi diwaktu lalu, belum tentu mencerminkan situasi saat ini. Diskusi yang terjadi di milis, terkadang bisa menimbulkan salah paham. Ada yang ingin menerangkan sesuatu, tapi karena pilihan kata-kata yang kurang tepat, malah menimbulkan arti yang lain. Yang baca pun mesti selektif. Kalau ada tulisan yang sudah out of topic, lebih baik tidak ditanggapi daripada nanti menjadikan diskusi yang tidak sehat lagi.
Regards,
Jenty
No comments:
Post a Comment