Search this blog

Mar 20, 2011

Motivasi menjadi sukarelawan

Jakarta, May 13, 2009

Sebagai sukarelawan di vihara, terkadang saya mengamati bahwa kita semua yang
terdorong untuk menyumbangkan tenaga dan kerja sosial, semua memiliki tujuan
mulia untuk saling membantu. Tetapi, terkadang, sepanjang perjalanan kita
melakukan pekerjaan sosial, sering terjadi benturan-benturan kecil yang
mendorong ego kita untuk naik keatas. Mulailah dengan komplain-komplain kecil,
"dia menyakiti saya, dia tidak menghargai saya, etc".

Usia saya sekarang 36 thn. Banyak kepahitan dalam hidup saya. Latar belakang
keluarga saya, orang tua saya bercerai ketika saya masih SD, juga mempengaruhi
cara pandang saya akan kehidupan. Kalau saya tidak cerita, mungkin teman-teman semua akan berpikir bahwa hidup saya baik-baik saja.

Demikian juga orang-orang di luar sana, sebagian juga mereka yang aktif di
vihara, banyak kepahitan mereka yang tidak kita mengerti. Karena kita tidak
pernah berusaha mengerti mereka lebih dalam lagi, kita terlalu sibuk dengan diri
kita sendiri. Kepahitan itulah yang melandasi semua tindakan mereka. Ketika
mereka melakukan hal yang tidak kita sukai, seperti kata Sis Chan Kong di retret tentang mindfullness, itu adalah stored consciousness yang tertimbun di otak mereka, sebagai hasil dari pengalaman mereka di masa lalu.

Kita harus mengerti bahwa kita masing-masing punya luka batin. Dengan latihan
yang mendalam, kita berusaha mengurangi ego kita, berusaha mengerti orang lain.
Banyak aktivis di lingkungan vihara yang saya kenal baik dan terkadang saya
tidak selalu sepaham dengan mereka dan terkadang mendorong saya untuk melakukan konfrontasi. Tetapi saya berusaha untuk mengerti bahwa kita semua bersama-sama berusaha melakukan hal yang baik dan tujuan bersama itulah yang saya lihat.

Walau kadang tidak sepaham, saya berusaha menyediakan telinga saya, untuk
mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Itu adalah latihan bagi saya. Sebagian dari
keluhan itu juga menangis meminta perbaikan sikap dari saya yang bagi mereka,
kurang sesuai, etc...

Jadi, saya tidak pernah fokus pada penderitaan saya karena saya tahu semua juga
menderita. Kita berusaha mencari sedikit kebahagiaan dengan berbagi sebagian
kecil dari kita, sebagian kecil dari tenaga kita.

Dulu saya menyediakan waktu saya untuk keluarga, teman-teman dekat dan pekerjaan saya, itu saja. Ketika saya pikir kembali, kalau saya mau, saya bisa menyisihkan sedikit waktu lagi, untuk kerja sosial bahwa hidup ini harus diisi dengan hal-hal yang berguna bagi orang lain. TIdak hanya memikirkan diri kita sendiri. Kemauan itulah yang membuat saya tetap bertumbuh, walaupun juga banyak rintangan, terkadang hinaan juga, tetapi saya anggap itu bagian dari latihan
saya. Itu juga terkadang yang membuat kita bahagia, karena berusaha mengerti
orang lain.

Sampai hari ini, saya merasa belum melakukan hal yang maksimal, tetapi saya selalu dan akan tetap berusaha menjadi lebih baik.

No comments:

Post a Comment